AsiaCalling

Home Berita Cambodia Kelompok HAM: Kasus Mam Sonando Upaya untuk Membungkam Kritik

Kelompok HAM: Kasus Mam Sonando Upaya untuk Membungkam Kritik

E-mail Cetak PDF

Download Jurnalis dan aktivis ternama Kamboja, Mam Sonando, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Dia ditangkap Juli lalu dengan tuduhan menjadi dalang aksi separatis di Provinsi Kratie.

Di desa itu telah lama terjadi sengketa lahan dengan kekerasan.

Stasiun radio Mam Sonando, Beehive, satu dari beberapa media independen di Kamboja dan secara teratur mengudarakan suara-suara partai oposisi dan mereka yang kritis pada pemerintah.

Kelompok HAM mengatakan hukuman ini adalah usaha terbaru pemerintah untuk membungkam kritik jelang pemilu nasional tahun depan.

Kita simak laporan Borin Noun berikut ini.

Ruang pengadilan dipenuhi para pembela HAM lokal dan internasional.

Vonis yang mereka takutkan akhirnya dijatuhkan.

Hukuman penjara 20 tahun karena menghasut penduduk desa untuk membentuk negara sendiri.

Mam Sonando menyangkal tuduhan ini.  

“Saya bahagia bisa menyelamatkan rakyat miskin Kamboja. Pada akhirnya, saya akan dapat keadilan.”

Ratusan pendukung Sonando berunjuk rasa di luar pengadilan.

Mereka menyanyikan lagu nasional untuk menghormati hak asasi manusia di tengah-tengah kepungan penjagaan polisi yang ketat.

Thun Sarin harus menempuh perjalanan sejauh 100 kilometer dari rumahnya di Provinsi  Prey Veng untuk datang kemari.

“Pemerintah harus membebaskan dan memberi keadilan pada Mam Sonando. Kami orang miskin dan kami menuntut dia dibebaskan. Pemerintah dan pengadilan seharusnya tidak menghukum dia. Ia tidak bersalah. Jika Sonando tidak dibebaskan saya akan terus berjuang sampai mati.”

Mam Sonando ditangkap Juli lalu karena dituduh mendalangi usaha membentuk sebuah kawasan otonom di Desa Pro Ma di timur Provinsi Kratie.

Para petani digusur dari lahan mereka untuk dijadikan pertanian milik pebisnis Rusia.

Bulan Mei, seorang gadis remaja tewas ditembak saat terjadi bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.

Mam Sonando juga mengelola Radio Beehive, satu dari beberapa radio independen di negeri itu.

Secara teratur radio itu memberikan waktu siar bagi partai oposisi dan siapa saja yang mengkritik pemerintah.

Dan ini membuat Perdana Menteri Hun Sen marah.

Dalam pidato yang disiarkan secara nasional Juni lalu, ia meminta penangkapan Sonando.

“Kami menghimbau semua lembaga non pemerintah dan sipil mencari pengacara untuk membela kasus ini. Kami akan menangkap dan  menghukumnya.”

Kelompok HAM menyebut kasus ini 'mengejutkan' dan merupakan usaha terbaru dari pemerintah untuk membungkam kritik menjelang pemilu tahun depan.

Juru bicara Amnesty International kawasan, Rupert Abbott, mengatakan vonis itu bermotif politis.

“Ini masalah politik, jadi kita harus punya jalan keluar politik. Menurut saya ada dua faktor yang relevan. Tahun depan kita akan melakukan pemilu nasional. Dan Mam Sonando memberikan waktu bagi partai oposisi di di stasiun radionya. Jadi motivasinya untuk menghentikan suara-suara ini.”

Long Pha dari Provinsi Takeo, anggota Asosiasi Demokratik, kelompok aktivis yang dipimpin Sonando.

“Atas nama Asosiasinya di Provinsi Takeo, saya akan membela dia dan berujuk rasa sampai Mam Sonando mendapat keadilan dan dibebaskan dari penjara.”

Melihat suaminya dibawa ke dalam mobil polisi, istri Sonando, Dinn Phanara bertekad akan mencari keadilan.

“Pemerintah mengancam dan mengintimidasi suami saya dengan penjara. Mereka berusaha membatasi dia untuk mengajari masyarakat soal hukum dan demokrasi. Ini tidak adil. Saya akan mengajukan banding atas kasus ini.”

Terakhir Diperbaharui ( Sabtu, 06 Oktober 2012 12:41 )  

Add comment


Security code
Refresh

Search