AsiaCalling

Home Berita India India dan Pakistan Menjadi Negara Tetangga yang Lebih Baik

India dan Pakistan Menjadi Negara Tetangga yang Lebih Baik

E-mail Cetak PDF

Hubungan bilateral antara India dan Pakistan kembali menjadi sorotan setelah dua delegasi terkemuka mendatangi Pakistan pada bulan ini.

Kedua bangsa itu sepakat untuk memperkuat hubungan ekonomi dan perdagangan bebas.

Tanggapan dari muncul dari kedua delegasi juga menghidupkan kembali harapan bagi kestabilan politik dan resolusi yang damai atas semua masalah kedua negara.

Tapi ada berbagai isu yang menghalangi perdagangan yang diharapkan terjadi antara New Delhi dan Islamabad.

Ikuti kisahnya bersama Bismillah Geelani.

Di satu konferensi pers di New Delhi, Menteri Perdagangan Anand Sharma mengaku puas dengan hasil dari kunjungannya baru-baru ini ke Pakistan.

“Ini sudah jelas merupakan penegasan kembali komitmen politik dan pemahaman yang semakin berkembang antara India dan Pakistan, untuk meningkatkan hubungan kami melalui kerjasama ekonomi yang lebih luas dan mendalam. “

Ini adalah perjalanan yang bersejarah karena ini kali pertama Menteri Perdagangan India berkunjung ke Pakistan.

Ia memimpin 150 anggota delegasi untuk menjajaki peningkatan perdagangan dan kesempatan investasi antara kedua negara tetangga yang sama-sama memiliki nuklir ini.

Setelah serangkaian pertemuan, keduanya sepakat untuk meminggirkan kendala perdagangan dan meningkatkan perdagangan hingga dua kali lipat.

Mereka juga sepakat untuk mempromosikan hubungan regional yang lebih luas lagi, menyediakan fasilitas yang lebih baik termasuk perbankan dan pelayanan telfon kepada para pedagang. Dan yang lebih penting, melunakkan persyaratan visa.

“Kami ingin membuat satu visa liberal dan itu akan terjadi. Kami sudah menyepakati dan saling menukarkan rancangannya. Formalitas prosedur akan dirampungkan dan perjanjiannya akan diwujudkan dalam waktu dekat ini. Kami juga memberikan dispensasi khusus untuk para pemimpin bisnis untuk visa jangka panjang berulang kali. “

Para pelaku bisnis di kedua negara memuji langkah itu dan mengatakan harus ada hubungan ekonomi yang lebih baik untuk membantu mengatasi berbagai masalah yang masih terjadi.

Masalah paling kontroversial adalah masalah Kashmir yang sama-sama diklaim kedua negara, dan menyebabkan keduanya terlibat dalam peperangan.

Dilip Modi adalah Presiden Asosiasi Kamar Dagang dan Industri India.

“Sebagai komunitas bisnis kami ingin membangun kepercayaan bismis antar kedua negara. Dan demi kebaikan bisnis di kedua negara, menurut saya, kalau kita meningkatkan kepercayaan dan maju ke depan, maka itu akan meningkatkan kepercayaan antar kedua pemerintah supaya bekerja sama lebih erat lagi. Ini bisa mengatasi berbagai masalah yang menghalami kedua negara.”

Pakistan akan perlahan-lahan menghapus larangan untuk sebagian impor dari India pada Desember tahun ini.

Negeri itu pada prinsipnya sudah sepakat untuk memberikan status Negara Paling Diminati atau MFN dalam bidang perdagangan – satu langkah yang dibuat untuk menurunkan tarif perdagangan antar negara.

Ini juga satu persyaratan untuk memenuhi kriteria keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

India dulu pernah memberikan status itu kepada Pakisatn, tapi Pakistan enggan untuk melakukan hal yang sama karena tekanan dalam negeri.

Shuja Qureshi adalah jurnalis Pakistan yang bekerja di Geo News.

“Dalam bahasa Urdu, istilah MFN berarti “negara yang paling Anda suka”. Dengan melihat sejarah hubungan India dan Pakistan, banyak orang Pakistan yang berpikir, ini tak mungkin terjadi.”

Tapi banyak orang yang mengatakan, langkah ini akan meningkatkan perdagangan bilateral akibat perdagangan ilegal antar kedua negara.

Tahun lalu volume perdagangan antara India dan Pakistan hampir dua kali lipat  dibandingkan perdagangan ilegal.

Imtiaz Mirza adalah anggota Core Group on Trade antara India dan Pakistan.

“Di bawah status MFN, kami bisa berdagang dengan India seperti dengan negara lainnya.  Perdagangan resmi kami dengan India sekarang ini mencapai lebih 20 trilyun rupiah. Tapi perdagangan antara kami dengan negara-negara seperti Dubai dan Singapore mencapai 23,6. Jadi kami kehilangan pajak dan meningkatkan biaya kami yang langsung berdampak pada para konsumen.”

Delegasi bisnis Pakistan diikuti dengan delegasi parlemen yang dikepalai oleh juru bicara parlemen India, Mira Kumar.

Kumar dan rekanannya dari Pakistan, Fahmida Mirza adalah pembicara perempuan pertama di wilayah sub-kontinen itu.

Hubungan mereka layaknya teman dan keduanya berjanji untuk bekerjasama untuk memperperat kedua parlmen dan rakyat kedua negara.  

“Inilah satu awal yang kami sudah buat dan tidak ada yang bisa menghentikan kami. Sebagian besar ingin perdamaian dan hubungan yang baik, mereka yang tidak hanya segelintri saja dan mereka bukan fokus kami.”

Persahabatan memang sedang marak-maraknya, tapi ini hanya akan bertahan sebentar kecuali masalah penting antar kedua negara segera diselesaikan.

Kashmir masih menjadi masalah utama antara kedua negara tetangga yang sama-sama punya kekuatan nuklir ini. Potensi masalah lain adalah air.

Sakib Sherani adalah ahli ekonomi yang berbasis di Islamabad.

“Dalam beberapa tahun mendatang, sengketa air antara India dan Pakistan akan meningkatkan ketegangan antara kedua Negara. Kalau India bersekutu dengan Pakistan, maka ini akan memperlancar terjadinya perdamaian dan stabilitas di wilayah ini ketimbang masalah perdagangan. “

India dan Pakistan punya masalah perebutan sungai.

Pakistan menuding India menghalangi akses Pakistan terhadap air setelah negara itu membangun bendungan di atas sungai yang mengalir ke kedua negara.

Tapi menurut India, kekurangan air ini adalah dampak dari perubahan iklim.

 

Add comment


Security code
Refresh

                 
  • Siaran Asia Calling Minggu ini

 Cina Bergerak ke Barat, Perhentian Pertama: Chongqing 20 tahun lalu, bekas pemimpin utama Cina, Deng Xiaoping, mengunjungi pantai tenggara negeri itu. Ia mengatakan kepada rakyatnya, juga dunia, bahwa Cina berkomitmen melakukan reformasi ekonomi. Sejak itu, buruh murah, akses pelabuhan yang mudah, dan investasi negara besar-besaran mengubah sejumlah kawasan pantai menjadi pusat industri yang berkembang. Seiring naiknya biaya buruh, Beijing mengalihkan investasinya ke tempat lain: ke daerah Barat yang terpencil. Rebecca Valli mengunjuni Chongqing, kota metropolitan bintang program ‘Go West’.

Terancamnya Hutan Amazon Kamboja: 200 ribu hektar Hutan Prey Lang yang terpencil bisa dibilang sebagai hutan Amazon-nya Kamboja. Hutan itu merupakan rumah bagi masyarakat adat Kouy. “Prey Lang” sendiri artinya “hutan kami”. Tahun lalu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, menyetujui perkebunan karet seluas sembilan ribu hektar, padahal statusnya daerah yang dilindungi. Kesepakatan itu bagian dari inisiatif bisnis bersama antara Kamboja dan Vietnam, yang disebut-sebut bakal memperbaiki kesejahteraan penduduk lokal. Tapi sebuah investigasi baru-baru ini mengungkapkan adanya kesepakatan kotor antara perusahaan dan penduduk desa dan luasnya pembalakan liar di hutan itu. Borin Noun bergabung dengan tim investigasi itu di hutan utuh terbesar di semenanjung Indocina

These stories and much more this week

on Asia Calling:

Your Window on Asia