AsiaCalling

Home Berita Thailand Bangkitnya Pekerja Bekas Pabrik Pakaian Dalam Thailand

Bangkitnya Pekerja Bekas Pabrik Pakaian Dalam Thailand

E-mail Cetak PDF

Download Bekas buruh pabrik pakaian dalam internasional, Triumph International, kini memproduksi ribuan potong pakaian dalam untuk dijual ke Eropa.

Para pekerja ini di-PHK tiga tahun tahun lalu tanpa peringatan. Hampir dua ribu buruh perempuan kehilangan pekerjaannya saat itu.

Triumph International menyatakan PHK harus dilakukan lantaran pesanan global  merosot dan terjadi perombakan perusahaan.

Para bekas pekerja itu bangkit dan menggunakan kemampuan mereka untuk membuat pakaian dalam berkualitas tinggi dengan merek baru “Try Arm”.

Seperti yang dilaporkan Kannikar Petchkaew, dari Samutprakarn, selatan Bangkok, bagi para pekerja, ini tak sekadar pakaian dalam.

Dua belas pekerja bekerja keras untuk memenuhi tenggat waktu yang ketat.

Setiap potong pakaian dalam “Try Arm” harus selesai malam ini sehingga bisa didistribusikan ke para pelanggan di seluruh negeri.

Pabrik itu mulai beroperasi dua tahun lalu dan nama “Try Arm” adalah permainan kata untuk menyindir Triumph International, perusahaan yang mem-PHK mereka.

Tahun 2009, perusahaan menyatakan mereka mengalami penurunan pesanan global.

Ma Kulapijit, di-PHK bersama-sama sekitar dua ribu buruh perempuan lainnya.

“Saya sudah bekerja di Triumph selama 19 tahun. Saya sangat kaget ketika mereka bilang kami harus segera pergi. Umur saya waktu itu sudah 44 tahun dan baru saja beli rumah. Saya harus mengurus ibu dan keluarga saya. Di usia itu tanpa pendidikan yang memadai, saya tidak melakukan hal lain. Ini membuat saya depresi.”

Para buruh kemudian menggelar protes selama tiga bulan di depan pabrik, menuntut perusahaan mempekerjakan mereka kembali atau setidaknya membayarkan kompensasi mereka dengan adil.

Pihak perusahaan menolak bicara dengan mereka.

Para buruh lantas melanjutkan protes ke kantor Kementerian Tenaga Kerja. Mereka berkemah di luar kantor dan memproduksi pakaian dalam sebagai tanda protes.

Jittra Kotshadej, bekas ketua Serikat Buruh Pekerja Triumph.

“Kami ingin masyarakat tahu perjuangan kami. Kami punya keahlian untuk membuat pakaian dalam. Kami membuatnya untuk menceritakan kisah kami.”

Setahun lalu, Jittra dan 11 bekas pekerja lainnya menciptakan merk sendiri “Try Arm”, dengan logo tinju mengepal ke atas.

“Kami tidak menerima bantuan. Jika Anda ingin membantu perjuangan kami dan bila ingin melihat perdagangan adil yang sebenarnya baik untuk konsumen dan produsen, dukung produk kami.”

Bagi mereka “Try Arm” bukan sekedar pabrik biasa.

“Kami punya sistem yang sama dengan bisnis lain. Semua pekeja dibayar dengan layak, dapat libur, bisa minta ijin dan juga dapat bonus hampir setiap tahun. Tapi yang membuat kami berbeda dengan yang lain adalah, kami semua adalah pemilik pabrik kecil ini. Semua orang punya hak yang sama untuk menggunakan mesin dan barang lainnya. Maksud saya, jika suatu saat usaha ini berhenti, setiap orang punya saham seperti mesin jahit dan lain-lain. Ini bukan sekedar untuk mencari uang. Kami ingin katakan pada semua orang soal perjuangan kami dan meyakinkan para pekerja lain kalau mereka bisa melakukannya sendiri. Hidup kita tidak tergantung pada pabrik, seperti yang dulu kita yakini.”

“Try Arm” memulai produksinya hanya dengan 50 potong pakaian per hari.

Kini mereka punya 40 mesin jahit dan membuat ribuan potong pakaian dalam dan pakaian renang.

Mereka menjual produknya dengan harga murah secara online, antara Rp 20 ribu hingga Rp 160 ribu – jauh lebih murah ketimbang produk asli Triumph.

“Sekarang kami bisa pakai produk sendiri. Ini sangat berbeda ketika kami masih bekerja di pabrik. Kami membuat begitu banyak pakaian dalam tapi kami tidak mampu membelinya karena harganya sangat mahal.”

“Try Arm” kini mengekspor produknya ke Swiss – kampung halaman Triumph International.

Jittra yakin kalau produk  “Try Arm” adalah produk berkeadilan yang sebenarnya.

“Orang yang memakai pakaian dalam kami seharusnya bangga dan bilang “Hei lihat, saya pakai “Try Arm!” Kami berhasil bertahan setelah di-PHK perusahaan dan membuat keluarga bangga pada kami. Kami mendapat dukungan dari Serikat Buruh seluruh dunia padahal di Thailand hanya dua persen buruh yang masuk Serikat Buruh.”

Di “Try Arm”, para buruh perempuan ini tidak hanya sekedar membuat pakaian dalam... mereka merajut bersama sebuah mimpi akan hidup yang lebih adil.

Terakhir Diperbaharui ( Sabtu, 01 Desember 2012 13:21 )  

Add comment


Security code
Refresh