AsiaCalling

Dampak Pembangunan Bendungan di Cina

E-mail Cetak PDF

 

Sepanjang yang bisa diingat orang, permukaan air Sungai Mekong naik turun tergantung kondisi alam. Tapi kini, para penduduk sekitar sungai mengatakan semua telah berubah. Bulan Agustus tahun lalu, banjir bandang yang tak terduga membinasakan harta benda masyarakat di hilir sungai. Ketika para pejabat menyalahkan hujan lebat, banyak masyarakat lokal menuding Cina sebagai penyebabnya.

Mereka mengatakan pembangunan Cina di hulu Mekong telah merubah bentuk dan aliran sungai dan mengancam sumber pendapatan masyarakat sekitar sungai.

Elise Potaka melaporkannya untuk Anda.

 

Di kota Cina,  Xishuangbanna  , para nelayan duduk di bawah payung sambil melemparkan tali pancing mereka ke Sungai Mekong  yang bergemuruh. Beberapa di antara mereka, sudah puluhan tahun menangkap ikan di sungai ini dan mereka melihat ada perubahan besar.

Aliran sungai telah dikeruk dan dibersihkan dari bebatuan agar kapal besar bisa lewat. Seorang nelayan, Li  menjelaskan permukaan air kini tak lagi ditentukan oleh alam.

“Sebelumnya, air sungai akan naik di musim hujan dan menyusut di musim kering. Namun sekarang, ketika pintu bendungan dibuka, air akan naik dan sebaliknya, akan turun bila pintu ditutup. Tidak ada lagi siklus alam.”

Sungai Mekong  berawal di Cina dan mengalir sejauh 5000 km melewati enam negara sebelum akhirnya mencapai Lautan Pasifik.

Cina telah membangun tiga bendungan penghasil listrik di sepanjang sungai itu. Sementara beberapa lainnya dalam tahap pembangunan. Cina juga telah meledakkan batu-batu besar yang menghalangi masuknya kapal-kapal besar ke sungai itu.

Warga yang tinggal di hilir sungai mengungkapkan, ini berdampak sangat besar.

Di perbatasan Thailand Laos,  Chiang Khong, biasanya adalah kota sungai yang sepi.

Tapi bulan Agustus tahun lalu, Sungai Mekong  secara terduga meluap, menyebabkan kerusakan yang nilainya mencapai 2,4 juta dolar atau sekitar 27 milyar rupiah di kota ini saja.

Ketinggian air mencapai 14 meter, level tertinggi dalam 80 tahun terakhir.

Di sebuah ladang sayur di tepi sungai, petani lokal, Ng, menggambarkan apa yang terjadi saat itu.

“Begitu naik, air langsung merendam pinggir sungai. Tidak hanya merendam daerah ini tapi juga desa saya. Kami tidak menerima peringatan apapun, hanya melihat air makin naik. Bulan lalu juga, air naik lagi sehingga tanaman kami rusak. Sekarang kami harus menanamnya lagi.”

Ng yakin banjir itu disebabkan oleh Cina yang membuka pintu bendungannya setelah terjadi serangkai hujan lebat. Menurutnya setiap orang di  Chiang Khong  tahu soal ini.

Tuduhan ini dibantah oleh  Komisi Sungai Mekong, M-R-C, lembaga yang bertanggung jawab terhadap manajemen sungai tersebut. Mereka menyatakan banjir terjadi akibat tingginya curah hujan dan badai tropis yang terjadi bersamaan di wilayah itu.

Di tempat berlabuhnya kapal  Chiang Khong, masyarakat yang tinggal dan bekerja di sepanjang sungai juga melihat perubahan-perubahan.

Jan Tong  telah sejak kanak-kanak menangkap ikan di sini.

“Peledakan yang terus menerus dan bendungan itu adalah masalah utamanya. Satu masalah timbul diikuti masalah lainnya. Ini reaksi berantai. Contohnya, sekarang musim kering, beberapa jenis ikan ingin bermigrasi tapi jika permukaan air tiba-tiba menurun, ikan-ikan itu akan bingung.”

Di tempat penginapan yang ia kelola, di pingir Sungai Mekong, aktivis pelestarian setempat Watchara Lhiepongsawad  setiap satu jam memeriksa ketinggian permukaan air. Ia khawatir air bah kembali datang. Dia tidak yakin pembangunan di hulu bisa dihentikan. Tapi paling tidak, ia berharap pemerintah Cina memberikan informasi.

“Mereka harus memberitahukan ketika mereka membuka bendungan sehingga masyarakat tahu ketinggian air sungai dan bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.”

Sejak 2002, Cina melengkapi M-R-C dengan data permukaan air dari dua stasiun pemantau di provinsi Yunnan. Informasi ini seharusnya disebarkan di sepanjang sungai.

Tapi masyarakat lokal di  Chiang mengungkapkan mereka hanya mendapat berita dari para awak perahu yang datang dari hulu.

Keprihatinan tentang tindakan Cina terhadap Mekong tambah meningkat karena keenganan Cina menjadi anggota M-R-C.

Dr Philip Hirsch, direktur Pusat Penelitian Mekong  (baca : MI-KONG) Australia.

“Ketika Komisi Sungai Mekong dibentuk, Cina diundang. Tapi Cina yang merupakan negara di hulu sungai dan berkuasa, tidak terdorong bergabung dengan komisi ini. Kenyataannya, walau Cina berstatus pengamat, ada komunikasi lebih banyak antara Cina dan komisi ketimbang dulu. Cina tetap ingin bisa menggunakan sungai itu sesuka hatinya dan tidak  mau dipaksa-paksa negara-negara di hilir sungai.”

Tapi masyarakat  Chiang Khong melihat M-R-C dengan skeptis, karena M-R-C dianggap tidak mewakili kepentingan pengguna sungai biasa.

Niwat Roykeaw dari kelompok konservasi Chiang Khong .

“Saya tidak percaya MRC. Mereka tahu sungai Mekong secara ekonomi tapi tidak tahu Sungai Mekong sebagai ibu, alam, sumber makanan dan protein. Tidak semata sebagai sumber listrik.”

Kelompok konservasi Chiang Khong punya banyak lagu yang didedikasikan bagi Sungai Mekong.

Ada lagu yang bercerita betapa indah dan alami sungai Mekong, bagaimana ia menjadi sumber makanan bagi masyarakat dan ada yang bercerita bagaimana kondisinya sekarang yang tertekan.

Dengan adanya rencana membangun paling sedikit 11 bendungan untuk jalur utama Mekong  , perjuangan untuk menyeimbangkan kepentingan para pengguna sungai, akan makin meningkat.


Terakhir Diperbaharui ( Selasa, 26 Mei 2009 16:20 )  

Add comment


Security code
Refresh

Search